Banyaknya tugas dan pekerjaan yang harus diselesaikan hari ini, membuat waktu seakan melaju kencang. Tak terasa sudah pukul 13.26 WIB. 

Pemandangan Bukit Desa

Kubuka sebuah pesan inbok WA, "Tolong ke Wilayah Pak, ada penemuan mayat oleh warga di atas bukit pedukuhan." Sempat terperangah juga aku membaca isi pesan Pak Dukuh. Tapi aku terus bergegas genjot sepeda motor menuju TKP yang ditunjukkan Pak Dukuh via shareloc.

Setelah parkir di depan rumah warga di kaki bukit, terengah-engah aku telusuri jalan setapak yang nanjak cukup terjal. Jalannya sempit, banyak bebatuan, semak belukar rimbun, sedangkan di kanan kiri jurang cukup curam nan dalam. 

Di tengah kebun singkong, di lereng terjal bekas longsoran (kira-kira 2 yang lalu) itulah beberapa warga berkerumun. Melihat Kakek Tua sudah terbujur kaku. Disampingnya ada singkong yang baru dicabut. Terlihat dari bekas galian tanahnya yang masih baru.

Ketika sampai, aku melihat Pak Bhabinkantibmas membuka wajah jasad kakek tua yang ditutup menggunakan daun pisang. Waktu itu belum terpasang garis polisi, sehingga dengan jelas aku dapat melihat wajahnya yang tampak sangat tenang.

Karena lokasinya yang cukup sulit dijangkau, butuh waktu agak lama dalam menunggu Tim Identifikasi baik dokter maupun kepolisian sampai di tempat kejadian. Sambil menunggu itulah, kusempatkan ngobrol dengan warga. Ada pak RT, beberapa Bu Kader, tetangga dan keluarga-keluarga terdekat sang kakek tua. Dari cerita mereka itulah aku mendapat informasi lebih banyak tentang keadaan keluarga dan kehidupan sehari-hari sang kakek yang kini telah pulang kehadirat Tuhan Yang Maha Esa.

Identifikasi-penemuan-mayat-di-desa
Selama ini, kakek berusia 79 tahun itu tinggal hanya berdua dengan istrinya. Anaknya sudah berkeluarga dan tinggal di tempat lain. Diusianya yang uzur kedua pasangan itu hidup berdua di desa dengan penuh kesederhanaan. Mereka menjalani sisa hidupnya dengan saling penuh rasa cinta dan kasih sayang yang tulus.

Pagi itu sang nenek mengutarakan pada suaminya jika ia ingin sekali masak singkong. Suaminya pun dengan penuh suka cita naik ke atas bukit, dimana kebun singkong miliknya berada. Badannya yang sudah membungkuk dimakan usia, tenaganya yang tidak lagi sekuat waktu muda, tidak pernah menghalangi semangat hidupnya. Jalan terjal nan sulit itu sudah biasa ia lalui hampir setiap harinya.

Setelah identifikasi selesai, jenazah ditandu oleh petugas PMI dibantu para warga, dibawa menuruni bukit menuju tempat tinggal sang kakek. Nenek tua itu pun meronta sekuat tenaga, syok sesaat setelah melihat lelaki yang sudah puluhan tahun hidup bersama itu terbujur tak bernyawa. Anak dan menantunya histeris meratapi kepergian sang ayah. Seakan merasa, belum sempat membalas kebaikan dan dharma bakti kepada kedua orang tuanya. Kakek tua telah tiada, rela berjuang demi hidup sampai ajal menjemput. Tanpa menggantungkan harapan pada orang lain, walaupun kepada anak-anak yang dibesarkannya.

Kakek-tua-meninggal-di-kebun-singkong

Setelah selesai prosesi serah-terima jenazah kepada anggota keluarganya, barulah aku meninggalkan rumah duka. Pondok sederhana di atas bukit desa yang sunyi, tepian hutan itu meninggalkan kisah. Memberi pelajaran yang sangat berharga. Cinta-kasih, kesetiaan, kesederhanaan, pengorbanan, keikhlasan, perjuangan, dan juga semangat demi hidup,  sampai ajal menjemput