Sampai sekarang masih terasa nusuk banget di dada nih gaess.! Ketika Mohammadou Sumareh ceploskan bola ke gawang Adritany di GBK. Bagaimana tidak?  Saat seolah-olah semuanya akan berakhir imbang, petaka itu datang. Tatkala "game" tinggal dalam hitungan detik lagi. Oh my god..! Kutukan apalagi yang Kau anugerahkan pada anak-anak Timnas?



Pertanyaan selanjutnya, kenapa sih peristiwa kek gini sering banget terjadi setiap berdepan Tim Malaysia? 


Dilihat dari sisi kemampuan teknis, sebenarnya kualitas individu kedua rival tidak jauh-jauh amat tuh.. Hampir di semua lini, pertarungan one by one nya cukup berimbang. 

Segi pencapaian Internasionalnya pun beda-beda tipis aja. Di level Asia, Malaysia dan Indonesia sama-sama sulit berbicara banyak. Sekali ketemu lawan-lawan singa gurun (Asia Tengah-red) kedua tim selalu kewalahan. Apalagi berhadapan dengan negara-negara Asia Timur. Keduanya kerap pulang dengan kepala tertunduk. Mungkin di level Asia Tenggara, kita wajib akui gaess.. Prestasi Malaysia jelas di atas Timnas. Beberapa kali tetangga sebelah sukses mengangkat Piala AFF. Tapi tetep aja keduanya kalah mentereng sama pasukan Asia Tenggara lainnya (Thailand, Vietnam-red) yang mulai diperhitungkan di level Asia.

Benarkah Pembangunan Sepakbola Malaysia jauh lebih baik ketimbang Indonesia?


Dilihat dari keseriusan Kerajaan Malaysia, memang iya sih.. dalam membangun sarana prasarana olahraga nendang bola, mereka mungkin lebih fokus. Berbagai fasilitas penunjang olahraga seperti kualitas lapangan latihan yang rata-rata lebih bagus, fasilitas Gym dan prasarana olah fisik lainnya yang lebįh baik dan modern ketimbang kita.



Walaupun Malaysia mungkin sedikit unggul dalam urusan pembangunan sarana olahraga, namun beberapa potensi milik Indonesia berikut ini seharusnya bisa menjadi penyeimbang. Yakni,

1. Jumlah SDM yang besar. 

Sebagai negara dengan penduduk terbesar ke 4 di dunia, Dalam hal olah bola Indonesia tidak kekurangan SDM. Bahkan di level junior kita dibanjiri talenta-talenta berbakat. Berbeda dengan Malaysia yang penduduknya hanya 1/10 jumlah penduduk kita.

2. Kualitas Liga Sepakbola yang lebih baik.

Berbanding Malaysia jumlah klub Sepakbola kita jauh lebih banyak. Kehadiran supporter di stadion juga jauh lebih membanggakan kita.

3. Dukungan supporter yang besar.

Supporter yang besar menumbuhkan Industri sepakbola yang besar. Harusnya sih bisa memberi multiplayer effect, utamanya dalam rangka memacu prestasi sepakbola.

Nah, Sampai pembahasan ini harusnya kita bisa ngimbangi mereka. Namun faktanya saat melawan Malaysia hampir selalu harus berakhir nyesek, kan ya?

Sebenarnya, Inilah faktor yang selama ini menyebabkan Timnas Indonesia kesulitan mengalahkan Malaysia :


Hilangnya mental juara di dada para pemain Timnas.


Beberapa dekade ini Bangsa Indonesia, cenderung kehilangan jati dirinya. Faktor globalisasi, perkembangan teknologi informasi menyebabkan perubahan budaya. Masuknya budaya asing yang tak terbendung turut menurunkan jiwa nasionalisme dan patriotisme terutama pada generasi muda. Hal itu menyebabkan lunturnya rasa bangga dan handarbeni terhadap bangsanya sendiri. 

So Seberapa penting sih, bangga terhadap bangsa sendiri di dunia Sepakbola? Jawabnya tentu very-very important..! Dikala para pemain mengenakan seragam Timnas, mindset para pemain semestinya menyadari bahwa itulah saat terbaik untuk berbakti dan mengabdikan diri kepada negara.

Ketertinggalan Indonesia dalam membangun bangsanya juga mempengaruhi kepercayaan diri pemain Timnas di atas lapangan.

Mental juara sangat diperlukan dalam pertandingan-pertandingan krusial. Tekanan pertandingan yang timbul dari dahaga kemenangan justru kerap menyebabkan berakhir pada kegagalan. Terbukti beberapa kali saat kemenangan sudah di depan mata, kerap sekali justru berakhir menderita.

Demikian juga yang terjadi pada pertandingan pertama kualifikasi Piala dunia 2022 yang digelar di GBK mempertemukan Indonesia Vs Malaysia (5/9/2019). Pada pertandingan kali ini justru bukan hanya faktor hilangnya mental juara yang menyebabkan kekalahan Timnas di halaman sendiri, tetapi permainan Timnas sendiri yang jauh dari performa terbaiknya. Terutama dipengaruhi faktor kualitas fisikal pemain yang jauuuuh di bawah pemain Malaysia.

Faktor Unlucky yang masih tidak memihak Timnas.

  
Selain sisi teknis, faktor non teknis juga sangat menentukan hasil pertandingan sepakbola. Selama ini Dewi Fortuna semakin menjauhi Timnas Indonesia. Di tataran piala AFF timnas menyandang predikat spesialis runner up, karena terlalu seringnya Timnas hanya mentok di final saat tampil di perhelatan akbar Asia Tenggara itu.

Nah, mudah-mudahan pada pertandingan tandang di Bukit Jalil nanti Timnas mampu mengembalikan mental juara. Membalas kekalahan menyesakkan di Gelora Bung Karno kemarin.

Bravo Timnas Indonesia….!!!